Selasa, Oktober 07, 2008

Jika Aku Jatuh Cinta

Jika Aku Jatuh Cinta

Jika nanti aku jatuh cinta, Ya Allah
Aku minta izin bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cintaku untukMu berkurang
Hingga membuat aku lalai akan adanya Engkau
   
Aku punya pinta, Ya Allah
Bila suatu saat nanti aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan cintaMu 
Yang tak terbatas
Biar rasaku padaMu tetap utuh

Izinkan aku jika suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkanlah untukku seseorang yang hatinya
Penuh dengan kasihMu
Agar membuatku semakin mengagumiMu
Agar aku lebih bersyukur padaMu

Bila suatu saat aku jatuh hati, Ya Allah
Pertemukanlah kami
Berikan kami kesempatan 
Untuk lebih mendekati cintaMu

Jika nanti aku jatuh cinta, Ya Allah
Berikan aku seseorang
Yang dapat menjaga hatiku
Agar dengannya aku akan selalu ingat padaMu
Agar ku selalu sadar akan Engkau



Pintaku, Ya Allah
Seandainya kujatuh hati
Jangan pernah palingkan wajahMu dariku
Anugerahkan aku cintaMu
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu
Sampai kapanpun

Jika nanti aku jatuh cinta, Ya Allah
Cukupkanlah bagiku dirinya
Dengan segala kelemahanku
Biarkan aku untuk terus mencintanya
Sampai ke surgamu

Akhirnya,
Jika nanti aku jatuh cinta, Ya Allah
Ku tak ingin seorang bidadara
Ku ingin seseorang yang akan menjagaku
Agar aku tetap pada jalanMu
Agar aku semakin cinta padaMu
Dan agar aku semakin bersyukur padaMu

Sabtu, Agustus 30, 2008

Merasa Cukup Hanya dengan Allah

25 Agu 08 11:47 WIB

Oleh Mashadi


Betapa bahagianya umat di zaman ini bila bertemu dengan seorang yang memiliki sikap hidup seperti Said Ibn Mussayyib. Dia merasa cukup hanya dengan Allah azza wa jalla. Tak memerlukan yang lain. Hidupnya tak pernah merasa kekurangan lagi, karena Allah azza wa jalla telah menganugerahi ilmu dan zuhud. “Barangsiapa merasa cukup hanya dengan Allah, maka manusia akan butuh kepadanya”, ucap Said Ibn Mussayyib.

Sebuah kisah, menceritakan, tentang putrinya yang amat cantik hendak disunting oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk dinikahkan dengan putranya Walid bin Abdul Malik. Tapi, bukannya Said Ibn Mussayyib gembira atas pinangan dari keluarga Khalifah Abdul Malik bin Marwan, justru dia menolak pinangan itu. Mengapa Said menolak pinangan itu? Bukankah di tangan Khalifah Abdul Malik, segala harta, emas, perak, berlian, tak ternilai dan tak terhitung banyaknya. Kekuasaan ada di tangan Khalifah. Betapa kehidupan keluarga Said Ibn Mussayyib akan menjadi bergelimang dengan segala bentuk harta, bila dia mau berbesan dengan Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Mengapa?

Padahal Walid bin Abdul Malik adalah keturunan Quresy yang terbaik. Tak ada yang cacad. Mengapa Said Ibn Mussayyib menolak pinangan Khalifah Abdul Malik itu? Karena dia takut bila putrinya masuk ke dalam Istana Bani Ummayyah, agamanya akan terkena fitnah. Itulah sikap Said Ibn Mussayyib. Dia lebih mengutamakan agama dibandingkan dengan harta dunia. Padahal, bila Said menginginkannya, dia dan putrinya akan mendapatkan kemuliaan harta dan kekuasaan, bahkan nasabnya akan ikut terangkat. Karena, Walib bin Abdul Malik bin Marwan adalah keturunan Qureys terbaik.

Said mencintai putrinya bagaikana mencintai dirinya sendiri. Maka, dia ingin agar putrinya mengikuti jejak langkahnya. Dia mengajari ilmu kepada putrinya, sebelum mengajari orang lain. Said mengutamakan putrinya. Dia membimbing putrinya dengan cahaya Allah, sebelum dia menyebarkan cahaya itu kepada orang lain. Ketika, Said menolak permintaan sang Khalifah agar putrinya dinikahkan dengan putranya yang sebentar lagi akan menjadi Khlifah, dan menggantikan ayahnya, Said justru memilihkan putrinya dengan seorang pria shaleh, yang akan mengendalikan perjalanan hidupnya denggan kitabullah (al-Qur’an).

Lalu, siapakah pria yang dipilih Said Ibn Mussayyib itu? Pria pilihan Said itu, bukanlah keturunan bangsawan, yang hidup bergelimang harta. Bukan pula seorang menteri yang memiliki kedudukan tinggi, dan bukan pula seorang pengusaha kaya raya (konglomerat), yang uangnya melimpah. Pria yang menjadi pilihan Said Ibn Mussayyib itu adalah pria yang termiskin, yang tidak memiliki apa-apa, selain uang tiga dirham. Sungguh, betapa detik-detik yang sangat membahagiakan bagi pria yang akan menjadi menantu Said Ibn Mussayyib. Dan, pria shaleh itu bernama Abu Wada’ah, yang tak lain adalah murid Said Ibn Mussayyib sendiri.

Suatu ketika, Said Ibn Mussayyib, bertanya kepada Abu Wada’ah: “Pernahkah engkau memikirkan tentang wanita?”. “Semoga Allah menghujani rahmat kepada engkau. Siapakah yang mau menikahkan aku? Aku orang miskin. Hanya memiliki uang dua dirham”, jawab Abu Wada’ah. Pada saat itu juga Said Ibn Mussayyib menikahkan Abu Wada’ah dengan putrinya, dan uang tiga dirham itu menjadi mas kawinnya. Maka, pria yang masih murid Said itu bersuka cita, usai mengucapkan ijab. Pikirannya menarawang. Sedikit memikirkan hidup yang bakal dijalaninya. Bagaimana harus menghidupi isterinya, dan di mana ia akan tinggal? Dan, apakah isterinya akan tinggal di rumah yang sangat sederhana, yang ia tinggali itu? Saat pikirannya sedang menerawang, ia mendengar azan, dan ia berbuka puasa, hanya dengan roti dan minyak zaitun.

Abu Wada’ah yang tengah menikmati roti yang dimakannya itu, tiba-tiba mendengar ketukan pintu. “Siapa diluar?”, tanya Abu Wada’ah. “Said”, jawabnya. Semua orang yang aku kenal bernama Said tergambar dengan jelas dalam benakku, kecuali Said Ibn Mussayyib. Ternyata yang datang adalah Said Ibn Mussayyib, ketika aku membukakan pintu. “Wahai guru, mengapa tidak mengutus orang lain untuk memanggilku?”, tanya Abu Wada’ah. “Engkau lebih patut aku datangi”, ujarnya. Lalu, “Sampai tadi, engkau masih bujangan. Sekarang, engkau telah menikah. Aku tidak ingin engkau tidur sendirian malam ini. Karena itu aku bawakan isterimu”, tandas Said Ibn Mussayyib. Betapa bahagianya Abu Wada’ah malam itu. Ia tak lagi sendirian. Bersama isterinya yang telah ia nikahi.

Sebulan lamanya, antara guru dan murid tak bertemu. Antara Said Ibn Mussayyib dan Abu Wada’ah tak bertemu. Sampai bulan berikutnya antara guru dan murid bertemu. Usai pengajian. Para murid Said sudah meninggalkan ruangan. Tinggal Abu Wada’ah. Tak lama, Said menemui muridnya. Ia mendekati muridnya itu, lalu bertanya: Bagaimana anakku itu? Lalu, Abu Wada’ah menjawab: “Baik. Sesuai dengan apa yang disenangi kawan, dan dibenci musuh”. Said bertanya lagi: “Jika ada sesautu yang membuatmu tidak ridha, pakailah tongkat ini”, tambahnya. Ketika aku meninggalkan rumah Said, aku diberi uang sebesar 20.000 dirham.

Said Ibn Mussayyib telah memberikan contoh yang luar biasa. Pernikahan itu bukanlah pemborosan. Bukan memarenkan kesombongan. Dengan menghabiskan uang berpuluh milyar. Makanan diimport, bunga yang menjadi perhiasan diimport, gaun pengantin yang bermilyar, dari para perancang mode yang paling terkenal, dan gedung-gedung mewah, yang kemilau. Semua itu mubazir dan tak ada manfaatnya di sisi Allah.

Said Ibn Mussayyib, sejak lima puluh tahun, tak pernah telat takbiratul ihram dalam shalat berjamaah, tak pernah melihat tengkuk seseorang dalam shalat selama lima puluh tahun. Ia banyak berpuasa dan menunaikan ibadah haji sebanyak empat puluh kali. Ia telah menghimpun ilmu, kefaqihan, wara’, ahli ibadah, zuhud, dan tidak menoleh dunia. Ia pun menolak pemberian. Suatu ketika, saudaranya datang memberikan uang 4 ribu dirham, tapi ia menolaknya. 
Khalifah Umar bin Abdul Azizpun sangat menghormati Said Ibn Mussayyib. Umar tak pernah memutuskan suatu perkara sebelum berkonsultasi dengan Said.

Said Ibn Mussayybi menimba ilmu dari Sa’ad bin Abi Waqqash, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Abdullah bin Umar, dan belajar dari para isteri Baginda Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam, seperti Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu anhuma. Said juga mendengar ilmu dari Utsman, Ali, dan Shuhaib. Bahkan, Said menikah dengan putrid Abu Harairah. 
Semoga kita bisa meneladaninya. Wallaha ‘alam.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

melihat ke cermin sejenak,

memandang diri ini,

bertanya pada diri sendiri,

apa benar saat ini sudah MERASA CUKUP HANYA DENGAN ALLAH ?

setelah dipikir2, sepertinya masih jauh..

....

Kamis, Februari 28, 2008

dusta


“Dusta itu ibarat kanker Nak Mas…………” Kata Ki Bijak menjawab pertanyaan Maula tentang bahaya berbohong dan dusta.
“Seperti kanker ki…………….?” Tanya Maula.
“Ya, sekali saja kita berkata bohong, maka kebohongan demi kebohongan akan terus berlanjut untuk menutupi kebohongan kita, sayangnya tidak banyak orang yang sadar akan bahaya bohong ini………….” Kata Ki Bijak.

hayo,,siapa yang suka bo'ong?

udah mending tobat deh cepetan..

jangan sampe kaya diriku..

hehe..

intinya selalu jujur yah..apapun keadaanya..kecuali itu menyangkut nyawa atau dakwah..

jujur,,jujur,,jujur..

yuk sama-sama belajar, ku tau untuk berlaku jujur dan menjadi orang yang jujur itu gak gampang, tapi bukan berarti setiap perilaku bohong itu bisa ditolerir,,ya gak?! ntar bisa-bisa kena kanker lagi.. ^^


Sabtu, Januari 26, 2008

suara hati

Dalam suasana hening sunyi, berbisiklah suara hati..
Menceritakan semua kisahnya ke dalam telinga jiwa..
Sesekali ia menangis dan tersenyum, mengeluarkan ekspresi dari polosnya wajah kehidupan..
Dalam kisahnya ia bertanya..
"Hai manusia, kenapa kau selalu meragukan suaraku,
tidakkah aku diciptakan untuk dirimu,
bukankah kau pakai aku dalam tindakanmu,
kadang engkau mengotoriku,
kadang kau juga yang membersihkanku dengan zikirmu?
Apa yang harus aku katakan nanti jika Allah meminta pertanggung jawabanku
Sedang aku tak bisa berbohong...




kudapat dari seorang sahabat yang meskipun dia jauh tapi selau ada di hati..
makasih, nayya

Minggu, Januari 13, 2008

untuk saudaraku

Saudaraku...
Selalu ada kesejukan di tengah kegersangan
Selalu ada makna di setiap nilai kehidupan
Selalu ada pelajaran dari setiap kesalahan
dan selalu ada kesempatan dari setiap kegagalan
Perbaiki kesalahanmu...
dengan apa yang telah kamu dapat
walaupun pahit kau menerimanya,tapi itulah yang akan menghantarkanmu pada keberhasilan
Percayalah...
Jika kau belum berhasil, itu karena Allah ingin kau lebih dekat kepadaNya
karena Allah ingin kau mendapatkan yang lebih daripada yang lainnya..
Suatu nikmat yang mungkin tak pernah kau kira...
Jangan menangis, ketika dunia memperlakukanmu secara tidak adil
karena itulah hidup yang sebenarnya..
Dunia berputar..tak berhenti walau sedetikpun
Suatu saat mungkin kau berada di atas
tapi suatu ketika, kau harus bersabar jika kau harus jatuh dan berada di paling bawah.
Saat kau jatuh, bukan berarti kau mati
tapi kau masih hidup, hatimu masih hidup
akalmupun tak jua lepas dari dirimu
Kau masih bisa berdiri
Walaupun terlalu berat karena lukamu terlalu parah
Tapi ingatlah...
Tuhanmu senantiasa melihatmu.
Kala kau menangis, meringkuk dalam kesedihan..
Dia akan memelukmu erat.
Cahaya-Nya akan menyinari matamu,
Rahmat-Nya akan senantiasa mendampingimu di setiap buih-buih perjuanganmu..
Saudaraku...
Jangan menangis..
Keberhasilan ada di depanmu
jika kau tawakkal dan berikhtiar ikhlas karena-Nya..
Tanpa kegagalan, kita tak mungkin belajar
Bisakah kau berjanji?
Bahwa seseorang bisa berbijaksana tanpa pernah menerima kegagalan?
Sedangkan keberhasilan senantiasa tercipta dari setiap kegagalan yang kita perbaiki.



by:zeest..friend of mine,,
semoga bisa menyadarkan kita untuk selalu mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang kita alami dalam hidup,,agar dapat menjadi lebih baik.